Filed under: KARYA SASTRA
PETANG KELABU
Dari atas jembatan
Ada suara yang menggapai-gapai dalam udara
Janji untuk makan angina ujung pelabuhan
Begitu saja dilupakan
Kini datang dari gambar dulu, masa kita
Menolak cumbu dari pagi
Apakah khabar dai mereka belum tenang-tenang
Apakah maut menggodanya bagai bahagia
Kata hanya lidah tak bertulang
Merekam jemu
Mendengar juga udara bisu
Filed under: KARYA SASTRA
KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS,
LALU KALIAN PAKSA KAMI
MASUK MASA PENJAJAHAN BARU,
Kata Si Toni
Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya
Meminjam kepeng ke mancanegara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalian lah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini
Filed under: KARYA SASTRA
BALADA ANAK YANG HILANG
TUHANKU
ANAK DAN RAHMATMU ADALAH SATU
ANAK DAN CINTAKU ADALAH SATU
MENGALIRLAH NAFAS KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN
YANG ABADI DALAM KEMAYAAN
ANAK HILANG
HILANGLAH SEGALA CINTAKU
YANG BERTUKAR DENGAN MAYAMUKTI
BILA ANAK ADALAH HAK UNTUK HIDUP
MATILAH SEGALA KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN
BILA ANAK ADALAH HAK UNTUK BICARA
BISULAH SEGALA YANG HIDUP DAN YANG BUAT HIDUP
TUHANKU
DIKEMANAKAN ANAK ITU?
ATAU NGUMPET DIMANA ANAK ITU?
TUHANKU
HANYA DI TANGANMU AKU BERJUDI
NUNU KA’BAHMU
DEMI ANAK-ANAK YANG HILANG
DISAMBAR BAGEBLUKDUNIAWI
MALANG, 10 AGUSTUS 2006
A.ROSYIDI
(GURU MTSN 1 MALANG-MALANG)